Minggu, 07 April 2013

BRIGATA CURVA SUD


BRIGATA CURVA SUD GEBRAKAN BARU DALAM DUNIA SUPORTER INDONESIA


BRIGATA CURVA SUD GEBRAKAN BARU DALAM DUNIA SUPORTER INDONESIA

Suporter adalah elemen penting dalam sebuah pertandingan sepak bola. Peran dari sebuah suporter di dalam sepak bola tidak bisa di kesampingkan begitu saja. Di Indonesia hampir semua klub sepak bola mempunyai suporter, baik klub besar maupun klub kecil. Jumlah anggota tiap kelompok suporter tersebut tidak bisa dibilang sedikit. Suporter di Indonesia pun terkenal dengan fanatiknya yang sangat tinggi. Kita lihat ketika klub sepak bola di Indonesia bermain pasti stadion penuh sesak dengan para penonton dan suporter klub tersebut. Begitu juga ketika tim nasional sepak bola indonesia bermain, pasti tiket terjual habis, bahkan banyak yang tidak bisa masuk stadion karena kehabisan tiket. Ini menunjukan bahwa fanatisme terhadap sepak bola di Indonesia sangatlah tinggi.
Namun fanatisme yang tinggi tersebut sangat riskan terjadi kerusuhan antar seporter. Saling ejek dalam stadion, saling lempar batu, tawuran, dan lain-lain sudah biasa terjadi di Indonesia. Sepak bola di Indonesia bisa dikatakan sangat sering terjadi kerusuhan antar suporter yang membuat banyak korban luka-luka bahkan ada sampai meninggal dunia. Hal ini terjadi karena fanatisme yang berlebihan. Fanatisme yang berlebihan inilah yang sering menjadi biang keributan antar suporter di tanah air. Kita lihat ketika pertandingan PSIM Jogja versus PSS Sleman, pasti terjadi kerusuhan baik di dalam maupun di luar stadion. Mereka seharusnya saling beradu kreatifitas dalam mendukung klub kesayangannya bukan saling beradu otot. Kesalahan dalam mendukung club kesayangan ini harus segera di luruskan agar tidak terjadi korban jiwa lagi.
Ketika suporter lain masih saling ejek untuk membela klub kesayangannya, muncul sebuah kelompok suporter dari kota kecil di Jogjakarta yang menamakan dirinya Brigata Curva Sud, yang sering disingkat BCS. BCS adalah salah satu pendukung dari kesebelasan PSS Sleman, sebuah klub kecil dari Sleman yang mungkin tidak banyak dikenal orang. PSS sendiri berlaga di divisi utama, bukan di Indonesia Super League (ISL) ataupun Indonesia Primer League (IPL), namun kehadiran BCS sendiri mampu menggebrak dunia persepak bolaan Indonesia. Mereka muncul dengan kekreatifitasan dalam mendukung klub kebanggaannya yang  mampu menggebrak dunia suporter di tanah air. Mereka tapil dengan gaya suporter Italia yang sering disebut juga ultras. Brigata Curva Sud  mampu memberikan gebrakan sebagai wajah baru dalam dunia suporter Indonesia.
***
BERNYANYI 90 MENIT TANPA HENTI
Ketika suporter lain hanya bisa berdiri dan melihat klub kebanggaannya bermain tanpa memberikan dukungan terhadap klub kesayangannya, Brigata Curva Sud memperlihatkan fanatisme yang besar terhadap klub kebanggaannya dengan bernyanyi lantang 2 x 45 menit tanpa mengenal lelah. Mereka berfikir itu yang mereka bisa lakukan untuk mendukung klub kebanggaannya dengan selalu memberikan semangat untuk pemain selama pertandingan. Pemain di lapangan berjuang keras untuk mendapatkan hasil yang maksimal sehingga  mereka, mereka juga harus memberikan dukungan terhadap pemain yang sedang bermain. Terkadang suporter lain hanya bisa mencaci ketika klubnya ketinggalan ataupun kalah, tetapi tidak begitu dengan Brigata Curva Sud yang selalu berteriak lantang ketika klubnya kalah karena disaat seperti itu pemain lebih membutuhkan dukungan, bukan cacian. Mereka terus bernyanyi walau pertandingan berakhir dengan kekalahan. Brigata Curva Sud pernah dilarang masuk stadion Maguwoharjo yang merupakan kandang dari klub kebanggaan mereka, yaitu PSS Sleman saat PSS Sleman berhadapan dengan PERSIPASI Bekasi. Tribun yang bisa mereka pakai (tribun selatan) ditempati oleh suporter tamu, namun itu bukan halangan untuk tetap mendukung klub kebanggan. Brigata Curva Sud bernyanyi, berteriak lantang mendukung PSS Sleman walaupun dari luar stadion. Selalu memberikan dukungan terhadap klub kesayangannya, bukan cacian, untuk menberikan apresiasi buat para pemain yang berlaga. Itu prinsip dasar dari Brigata Curva Sud.
MENYANYIKAN LAGU-LAGU BARU
Kita sering mendengarkan lagu-lagu yang dinyanyikan sebagian besar suporter di Indonesia yang nadanya hampir sama dan hanya diganti liriknya (liriknyapun sebagian besar mirip). Ini menunjukan kekurang kreatifan sebagian besar suporter di indonesia. Tidak jarang lagu-lagu tersebut mengandung kata-kata rasis. Tidak hanya kata-katanya rasis yang sering muncul, namun sering kali ejekan buat klub lawan ataupun suporter musuhpun sering kita dengar ketika mereka mendukung klub kebanggaannya. Bukannya itu aneh? Mereka datang ke stadion untuk mendukung klub kesayangannya atau mau mengejek lawan? Itulah yang sering dilakukan suporter-suporter di Indonesia. Brigata Curva Sud datang ke stadion murni mendukung PSS Sleman, klub kesayangan mereka. Mereka bernyanyi dengan lagu-lagu yang jarang didengar orang karena memang lagu-lagu tersebut tidak dinyanyikan oleh suporter lain (mungkin belum). Yang pasti, lagu-lagu tersebut bukanlah lagu-lagu yang mengandung kata-kata rasis ataupun ejekan untuk klub lawan dan suporter lawan. Lagu-lagu tersebut mereka nyanyikan murni untuk mendukung klub kebanggaan mereka, lagu-lagu yang penuh semangat, dan mampu memberikan tenaga lebih untuk para pemain di lapangan. Tentu apa yang dilakukan oleh teman-teman dari Brigata Curva Sud ini harus dicontoh oleh suporter lain di Indonesia agar mereka tahu apa makna sebenarnya dari suporter.
MELAKUKAN KOREOGRAFI
Ada yang berbeda di tribun yang di tempati Brigata Curva Sud ketika setiap menjelang dimulainya pertandingan babak kedua. Setiap orang membawa satu kertas bewarna yang tidak semuanya sama. Ketika peluit babak kedua ditiup, mereka mulai bernyanyi dan mengangkat kertas yang mereka bawa. Setelah diangkat ternyata membentuk suatu koreografi yang bisa dikatakan bagus. Ya inilah salah satu gebrakan baru yang dilakukan oleh Brigata  Curva Sud ketika mendukung klub kebanggaannya, yaitu dengan melakukan koreografi menggunakan kertas. Koreografi yang mereka lakukan tidak hanya mampu melecut semangat pemain yang sedang bermain, tetapi juga mampu menghibur penonton lain yang ada di dalam stadion. Decak kagum tidak jarang muncul dari penonton lain yang membuat mereka berhasyat untuk merekam apa yang teman-teman Brigata Curva Sud lakukan. Koreografi yang mereka lakukan bukan hanya koreografi untuk mendukung klub kebanggaannya saja, namun mereka pernah melakukan koreografi yang membentuk tulisan DIY dengan menggunakan kertas warna hijau, merah dan biru. Dengan koreografi itu, mereka menginginkan adanya perdamaian antar suporter di DIY yang sampai sekarang masih sering terjadi gesekan. Koreografi itu sendiri melambangkan tiga klub yang bereda di DIY yaitu PSS Sleman dengan warna hijau, PERSIBA Bantul dengan warna merah dan PSIM Jogja dengan warna biru. Apa yang sudah dilakukan oleh Brigata Curva Sud perlu diberikan apresiasi karena selain mereka kreatif, juga mampu memberikan contoh bagaimana sebenarnya fungsi suporter, bukan untuk saling mencaci tetapi saling beradu kreatif.
MENDUKUNG TANPA KOALISI
Di Indonesia suporter banyak yang saling berkoalisi, namun adanya koalisi ini terkadang menjadi pemicu kerusahan antar suporter. Brigata Curva Sud berdiri sendiri tanpa berkoalisi dengan suporter lain. Mereka menganggap pertarungan hanya terjadi selama 90 menit sehingga tidak perlu adanya koalisi. Dengan adanya koalisi mereka menganggap hanya akan memihak pada salah satu suporter saja dan akan memusuhi suporter lain, hal ini yang sering terjadi di Indonesia. Brigata Curva Sud menganggap semua suporter lain adalah lawan ketika berada di stadion. Lawan di sini bukan bukan lawan untuk saling beradu otot, tetapi lawan untuk saling beradu kekreatifitasan. Setelah pertandingan selesai, mereka adalah saudara, tidak ada musuh ataupun lawan. Ini adalah salah satu hal yang membuat Brigata Curva Sud berbeda dengan suporter lain. Mendukung tanpa koalisi jika dilakukan oleh semua suporter di Indonesia maka akan terciptanya iklim persepak bolaan yang indah dan akan memicu naiknya prestasi tim nasional Indonesia yang akhir-akhir ini sedang merosot.
MAMPU MEMBANTU KEUANGAN KLUB
Seperti suporter-suporter di luar negeri yang mampu menghidupi klub kebanggaannya, Brigata Curva Sud berusaha untuk mampu memberikan dukungan tehadap klub kebanggaannya dengan membantu keuangan klubnya. Saat ini banyak klub-klub di Indonesia yang tidak mampu membayar pemainnya yang sudah dikontrak. Hasil seperti kasus Diego Mendieta. Diego meninggal dunia karena sakit dan tidak bisa membayar biaya pengobatan karena gajinya belum dibayarkan. Hal seperti ini yang dihindari oleh Brigata Curva Sud. Ketika suporter lain berusaha masuk ke dalam stadion dengan gratis, tidak begitu dengan mereka. Mereka membeli tiket karena itulah salah satu pemasukan terbesar dari klub kesebelasannya. Dengan membeli tiket maka mereka membantu keuangan klub. Selain itu mereka juga mendirikan toko suvenir yang bernama Curva Sud Shop yang lebih dikenal dengan nama CSS. Di CSS dijual berbagai macam perlengkapan Brigata Curva Sud ketika mendukung klub kesayangannya, seperti kaos, jaket, syal, slayer dan masih banyak lagi. Keuntungan yang didapat oleh CSS akan disumbangkan untuk PSS Sleman. Selain membeli tiket dengan tertib, anggota-anggota Brigata Curva Sud juga membeli perlengkapan resmi dari Brigata Curva Sud yang diharapkan mampu membantu keuangan klub kebanggaannya. Seandainnya semua seporter mampu melakukan seperti apa yang dilakukan oleh teman-teman dari Brigata Curva Sud maka industri sepak bola di Indonesia akan semakin berkembang pesat.
MENGUTAMAKAN KEBERSAMAAN
Brigata Curva Sud memiliki moto No Leader just Together yang artinya adalah tidak ada pemimpin namun mengutamakan kebersamaan. Di dalam Brigata Curva Sud sendiri tidak ada pemimpin ataupun ketua, semua anggota adalah sama. Ini adalah salah satu kunci kekompakan anak-anak Brigata Curva Sud. Dengan tidak adanya pemimpin makan semua anggota Brigata Curva Sud bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan, sehingga mereka mampu menunjukan yang terbaik. Kebersamaan ini pula yang mampu mengikat anggota-anggota Brigata Curva Sud dalam tali persaudaraan yang erat. Kebersamaan ini pula yang mendorong Brigata Curva Sud untuk terus berkreatifitas dalam mendukung klub kesayangan mereka.
***
Brigata Curva Sud mampu memberi angin segar dalam dunia suporter di Indonesia. Mereka mampu menunjukan kekreatifitasannya dalam mendukung klub kebanggaannya. Kehadiran Brigata Curva Sud sendiri mampu mendorong antusiasme warga Sleman untuk mendukung klub warga Sleman, yaitu PSS Sleman. Brigata Curva Sud mampu menunjukan apa makna dari suporter dan harus bagaimana kita mendukung klub kesayangan kita. Brigata Curva Sud memberi arti penting dalam persepak bolaan khususnya di Sleman karena mendorong antusiasme warga Sleman untuk berperan aktif dalam sepak bola.
Dengan kehadiran Brigata Curva Sud diharapkan mampu mengubah gaya suporter Indonesia yang masih sering tawuran untuk menunjukan fanatismenya. Brigata Curva Sud mampu memberikan contoh untuk suporter-suporter di Indonesia bagaimana mereka mendukung klub kebanggaannya walaupun klub yang mereka dukung adalah klub kecil dengan sedikit prestasi. Selain itu, Brigata Curva sud mampu menunjukan eksistensi mereka walau tidak dengan tawuran, saling ejek ataupun yang lainnya. Dengan masa yang lebih banyak, suporter-suporter lain seharusnya bisa memberikan yang lebih banyak untuk klub kesayangan mereka agar klub kesayangan mereka lebih maju. Suporter-suporter di Indonesia mulai dari sekarang belajar bagaimana memberikan dukungan kepada klubnya secara kreatif sehingga menimbulkan iklim yang baik. Dengan iklim suporter yang baik itu, maka diharapkan mampu menciptakan prestasi yang baik pula buat tim nasional Indonesia. Semoga bukan hanya harapan kosong.

0 komentar:

Posting Komentar


Uploaded with ImageShack.us